“Tudummmm…” begitulah suaranya saat #HaloKawan memulai film/episode baru Netflix sambil selonjoran di sofa dengan snack yang sudah ada di tangan. Suara ini jadi simbol bahwa kamu bisa beristirahat dari pekerjaan duniawi lewat menonton film. Kalau mendengarkan suara “tudum” di manapun, #HaloKawan pasti tahu bahwa itu Netflix.

Bagaimana ya asal-usul Netflix menciptakan sound logo ikonik ini? Dan bagaimana prosesnya sampai sound logo ini bisa jadi identitas brand dari Netflix? Yuk kita simak di bawah ini

Asal Usul Bunyi “Tudum” Netflix

Bunyi “tudum” di awal semua tayangan Netflix sudah ada sejak 2015, dan saat ini menjadi audio branding yang ikonik!

Lewat podcast Twenty Thousand Hertz pada 2020, VP Product Netflix Todd Yellin menyatakan beberapa intention dalam menciptakan sound logo Netflix:

  • Sound logo Netflix harus pendek karena ditonton di rumah, bukan di bioskop, sehingga penonton tidak akan ingin memperhatikan sound logo terlalu lama.
  • Todd ingin sound logo Netflix diasosiasikan dengan cinematic experience, karena penonton menggunakan Netflix bertujuan untuk menonton film.
  • Sound logo Netflix harus menciptakan perasaan suspense/ menanti sebelum menonton film.
  • Todd Yellin tidak ingin nama “Netflix” disebutkan sama sekali di dalam logo, tapi ia tahu ingin sebuah sound yang jika dimainkan, penonton akan terpikir “Oh, ini Netflix”.

Setelah mempertimbangkan banyak pilihan, terpilihlah 1 sound logo dan dibuat focus group discussion bersama penonton Netflix. Partisipan focus group discussion mengasosiasikan sound logo yang dibuat Netflix dengan keyword “dramatis”, “menarik”, “awal”, dan “film”.

Todd dan tim Netflix memahami bahwa repetisi sound logo akan membuat para penonton mengingat. Jika sound logo Netflix dimainkan berulang, lama-lama akan menjadi brand identity dari Netflix sendiri.

Pada akhirnya, sound logo Netflix yang kita kenal selama ini berasal dari suara cincin kawin Todd yang dibenturkan ke lemari kayu di kamarnya, lho, #HaloKawan! Keren ya bagaimana kita sekarang mengasosiasikan suara ini dengan Netflix.

Tidak cuma di awal film, keberadaan “tudum” ini juga sudah berkembang. Saking ikoniknya, “tudum” menjadi pilihan nama Netflix membentuk komunitas fans film-film Netflix.  #HaloKawan bisa mengakses Tudum Netflix, yang menyajikan berita terkini behind the scenes seputar film-film yang diproduksi Netflix. Tudum juga menjadi nama Global Fan Event Netflix yang diadakan setiap tahunnya.

“Tudum” Netflix dan Kekuatan Audio Branding

Netflix dan “tudum” adalah contoh audio branding yang berhasil nih, #HaloKawan! Audio branding ini adalah bagian dari multi-sensory branding.

Sensory branding sendiri adalah adalah strategi yang digunakan untuk menjangkau konsumen dengan memanfaatkan setidaknya salah satu indra manusia untuk mempengaruhi persepsi, emosi, memori, proses mengenal barang, hingga bisa untuk memanipulasi motivasi, keinginan, dan perilaku konsumen.

Tujuan utama sensory branding adalah untuk menciptakan pengalaman sensori yang menguatkan koneksi brand dengan konsumen melalui proses yang melibatkan sisi rasional dan emosional dari otak manusia.

Sesuai dengan namanya, sensory branding terdiri atas kelima indra: Audio Branding (suara), Visual Branding (penglihatan), Tactile Branding (sentuhan), Olfactory Branding (penciuman), dan Taste (pengecap).

Selama ini yang paling diutamakan biasanya visual branding dan visual identity ya, #HaloKawan. Padahal audio branding juga sama besar kekuatannya. Sini MinKa kasih tahu!

  • Ada 86% korelasi bahwa alam bawah sadar kita bereaksi dan mengambil keputusan saat mendengarkan suara.
  • Suara mendorong refleks lainnya, manusia bereaksi pada suara 20-100 kali lebih cepat daripada saat bereaksi pada stimulus visual.
  • Suara bertahan di dalam pikiran selama hampir 5 detik, dibandingkan stimulus visual yang hilang dalam 1 detik.

Audio branding sudah dibuktikan efektif dalam meningkatkan brand awareness! Ipsos Creative Excellence Video Ad Meta-Analysis pada 2020 melaporkan bahwa iklan dengan audio branding terbukti 8.53 kali lebih efektif daripada iklan visual saja.

Analisis Iklan dengan Audio Branding
Sumber: Rebel Interactive Group

Brand-brand besar seperti American Express, Frito-Lay, Singapore Airlines telah melihat peningkatan brand recall, trust, favorability, dan purchase intent setelah menambah audio branding pada iklan mereka.

Audio branding meningkatkan brand awareness, dan brand awareness penting untuk keberlanjutan penjualan sebuah brand. 82% pelanggan lebih ingin membeli dari brand yang sudah mereka kenal.

Bagaimana? Tertarik untuk membuat audio branding juga enggak nih #HaloKawan? Kalau bermanfaat, jangan lupa bagikan artikel ini ke teman-temanmu, ya. Jika kamu ingin selalu update tentang brand news, marketing tips, dan social media update, jangan lupa untuk ikuti terus HalokaTalks!


Penulis: Gracia Yolanda Putri

Penyunting: Stephanie Regina dan Deborah Patricia

Sumber: