Apakah #HaloKawan familiar dengan Aerostreet? Itu lho, merk sepatu dan apparel lokal yang suka mengadakan kolaborasi yang sangat menarik dan selalu ludes! Saat Aerostreet kolaborasi dengan Paddle Pop pada Mei 2023 lalu, 5000 pasang langsung sold out dalam 57 detik!

Berdiri sejak 2015, Aerostreet menjual sepatu dan apparel dengan model yang basic sampai model-model limited dengan harga yang terjangkau. Hal ini sesuai dengan slogan yang dimiliki brand tersebut, “now everyone can buy good shoes”.

Selain kolaborasi yang keren-keren, Aerostreet juga selalu menghadirkan strategi marketing menarik di e-commerce yang bikin kamu mau beli. Mereka menggunakan psychology marketing, lho. Apa saja sih strategi psychology marketing yang dilakukan Aerostreet? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

Psychology marketing secara sederhana adalah upaya brand mempersuasi calon pembeli dengan cara-cara yang memengaruhi psikologi (emosi dan pikiran). Upaya-upaya marketing  yang memengaruhi psikologi ini ada bermacam-macam, seperti: priming, social proof, decoy effect, scarcity, dan sebagainya.

Yuk baca penjelasan lebih lanjut tentang strategi psychology marketing di bawah ini.

Baca Juga: Psikologi Marketing: Strategi Marketing untuk Meningkatkan Penjualan

Psychology Marketing ala Aerostreet

1. Penggunaan Charm Price

Charm Pricing Aerostreet
Sumber: Shopee Aerostreet

Strategi psychology marketing yang terlihat digunakan oleh Aerostreet adalah penggunaan charm price! Bisa dilihat pada gambar price list di atas, penulisan harga Aerostreet didominasi dengan angka 9 di belakangnya. Mengapa ya?

Charm pricing adalah strategi menuliskan harga yang dapat meningkatkan penjualan. Karena calon pelanggan membaca dari kiri ke kanan, persepsi dan evaluasi konsumen terhadap harga biasanya dipengaruhi oleh digit paling kiri. Charm pricing ini berdampak positif pada 70% produk dalam retail lho!

Seperti yang dilakukan Aerostreet, T-shirt dihargai Rp 59.000. Calon pelanggan akan menganggap bahwa “wah, ini harganya masih 50 ribuan,” padahal tinggal seribu rupiah lagi jadi Rp 60.000. Persepsi harga yang lebih murah ini mendorong pelanggan untuk membeli.

Selain penulisan angka, Aerostreet juga tidak menuliskan mata uang “Rp”, serta mengganti digit ribu “000” menjadi “K”. Tidak menuliskan mata uang dan menyingkat harga dapat membuat persepsi pelanggan tidak mengeluarkan terlalu banyak uang untuk membeli produk.

2. Limited Edition dan Scarcity

Taktik psychology marketing lainnya yang diterapkan Aerostreet adalah scarcity marketing yang memperlihatkan sisa stok produk. Memperlihatkan sisa stok produk biasanya ampuh untuk mempersuasi konsumen yang masih dalam tahap pertimbangan untuk check out.

Scarcity Marketing Aerostreet
Sumber: Shopee Aerostreet

Selain memperlihatkan stok, Aerostreet juga gemar melakukan kolaborasi dengan brand atau publik figur lain dan mengeluarkan limited edition. Limited edition ini juga bentuk scarcity marketing, lho.

Kolaborasi Aerostreet X Gibran
Sumber: Instagram/aerostreet

Produk limited edition memiliki kesan eksklusif dan ‘rare’ bagi pelanggan, sehingga stok akan ludes lebih cepat karena adanya rasa takut jika tidak memiliki produk limited edition. Apalagi jika Aerostreet berkolaborasi dengan brand atau publik figur yang disukai pelanggan.

Contohnya adalah kolaborasi Aerostreet dan Gibran Rakabuming yang cuma tersedia 50 pasang! Bayangin urgensi-nya nih, #HaloKawan. Kalau dapat bisa dipakai atau dijual lagi dengan harga tinggi.

Selain itu, ada juga kolaborasi Aerostreet dan Paddle Pop yang hanya memproduksi 5000 pasang sepatu saja dan berhasil terjual habis dalam 57 detik! Kolaborasi lainnya yang pernah dilakukan Aerostreet di antaranya bersama dengan brand sandal legendaris Swallow, snak 90-an Tiniwinibiti, Boncabe, Luwak White Coffee, dan sebagainya.

3. Promo, Diskon, dan Harga Coret

Harga Coret dan Diskon Aerostreet
Sumber: Shopee Aerostreet

Bila diperhatikan, semua barang di e-commerce Shopee Aerostreet ditulis dengan harga coret! Harga coret adalah di mana brand menampilkan 2 harga di label, yaitu harga normal yang dicoret dan harga setelah diskon.

Faktanya, hampir 70% milenial akan mencari diskon dulu baru memutuskan untuk membeli, dan 48% orang mendingan tidak berbelanja sama sekali kalau tidak diberikan diskon. Harga coret, promo, dan diskon ampuh banget nih untuk mendorong pembelian!

Dengan menampilkan harga coret, pembeli merasa berhemat dan diuntungkan karena mendapatkan harga barang yang lebih rendah daripada aslinya sehingga mendorong konversi.

Apakah bermanfaat? Semoga #HaloKawan juga bisa menerapkan beberapa strategi psychology marketing seperti Aerostreet, ya! Bagikan juga artikel ini ke teman-temanmu.

Kalau #HaloKawan ingin selalu update tentang brand news, marketing tips, dan social media update, jangan lupa untuk ikuti terus HalokaTalks!


Penulis: Annisa Widi Astuty

Penyunting: Stephanie Regina, Deborah Patricia, Gracia Yolanda Putri

Sumber: